Senyum Berganti Senyap

Penulis: Dwi Retnowati

Hari itu terasa begitu indah. Suasana rumah begitu tenang, seolah tidak ada satu pun hal buruk yang akan terjadi. Suamiku menyapa, “Selamat pagi, Sayang,” ucapnya lembut. Aku membalas, “Selamat pagi juga, suamiku tersayang,” sambil mencium tangannya, sebuah bakti sederhana dari seorang istri.

Kami berangkat menuju salon kecantikan. Sejak kemarin, suami telah memintaku mempercantik diri untuk menghadiri acara resmi dua hari mendatang. Dengan hati yang riang, aku bergegas mempersiapkan diri. Sepanjang perjalanan, aku membayangkan riasan wajah dan tatanan rambut yang akan membuat aku tampak anggun di hari itu.

Setibanya di salon kecantikan, kami disambut hangat oleh para petugas. Aku berbisik kepada suami, “Sayang, tunggulah di luar saja. Ini salon khusus perempuan, laki-laki tidak diizinkan masuk.” Ia mengangguk dan melangkah keluar. Namun, detik berikutnya, suasana tenang itu pecah. Pintu salon terbuka lebar, dan sekelompok polisi masuk dengan tatapan tegas. Rasa bahagia yang tadi memenuhi hati seakan terhempas begitu saja. Hari yang aku kira akan penuh senyum, justru menjadi awal dari sebuah cerita yang tak pernah aku bayangkan dan mengubah seluruh hidupku.

Komentar
Silakan login untuk menulis komentar.
Belum ada komentar.